Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan
tingkat pertambahan penduduk yang tinggi. Bayangkan saja, Indonesia
menjadi negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. Sekarang
saja jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 240 juta jiwa.
Hal ini
membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang
banyak, tapi juga sumber daya manusia yang berlimpah. Sayangnya,
sumber daya manusia yang berlimpah tersebut tidak diiringi dengan
tingkat produktivitas yang tinggi. Sehingga jumlah penduduk yang
banyak tidak bisa menjamin tingkat kemakmuran suatu negara. Berbagai
masalah pun bermunculan seperti rendahnya pendapatan per kapita
penduduk Indonesia yang hanya berkisar Rp36,5 juta.
Tak
perlu jauh-jauh membandingkannya dengan negara yang ada di benua
Eropa, coba saja kita bandingkan dengan negara tetangga kita
Singapura. Pendapatan per kapita negara Singapura mencapai 13 kali
negara Indonesia. Padahal Singapura memiliki jumlah penduduk yang
sangat sedikit jika dibandingkan dengan Indonesia, yaitu 5,18 juta
jiwa. Bahkan Chairul Tanjung pernah berkata “Setiap tahun Ibu-Ibu
di Indonesia dapat melahirkan Singapura baru”. Mengapa bisa
demikian? Ternyata setiap tahunnya angka kelahiran di Indonesia dapat
mencapai 4,5 juta jiwa dan itu hampir setara dengan jumlah penduduk
Singapura.
Bukan
hanya masalah pendapatan per kapita yang perlu kita hadapi,
permasalahan seperti rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan juga
harus kita waspadai. Bahkan masalah-masalah tersebut dapat
mendatangkan masalah-masalah baru yang lebih berbahaya. Tingkat
pendidikan yang rendah akan membentuk sumber daya manusia yang tidak
memiliki keahlian dan kesulitan untuk memasuki dunia kerja. Hal
tersebut akan berdampak pada tingginya angka pengangguran, dan
faktanya, tingkat pengangguran berbanding lurus dengan tingkat
kriminalitas di suatu tempat. Sehingga, bukan hanya kemiskinan yang
akan menjadi musuh terbesar tapi juga kriminalitas yang akan semakin
mewabah.
Pepatah
lama mengatakan “Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”. Begitu
pula dengan jumlah penduduk, semakin banyak jumlah penduduk maka
semakin susah pula pemerintah memberikan layanan yang terbaik pada
warganya, semakin sulit masyarakatnya mendapatkan kualitas
pendidikan dan kehidupan yang layak. Alhasil, Indonesia hanya akan
terus menjadi negara yang berkembang dalam hal jumlah penduduk, dan
tidak akan bisa menjadi negara maju seperti negara-negara lain.
Jangankan mengurusi prestasi, teknologi, dan memaksimalkan SDA serta
SDM, Indonesia masih terus saja dihadapkan terhadap permasalahan yang
sama tiap tahunnya; kemiskinan, pendidikan yang rendah, dan
kriminalitas. Sehingga saat negara tetangga bisa meraih perhatian
dunia karena prestasi dan semacamnya, Indonesia masih tetap jalan di
tempat karena hanya konsisten terhadap laju pertambahan penduduk,
bukan prestasinya.
Sebenarnya,
banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan jika jumlah masyarakat
negara Indonesia ini tidak berlebihan. Misalnya saja dalam persaingan
untuk memperoleh pekerjaan lebih rendah, jadi dapat dipastikan bahwa
semua masyarakat dalam usia produktif dapat memperoleh pekerjaan.
Persaingan untuk mendapatkan pemukiman yang layak juga rendah, jadi
semua masyarakat di negara kita dapat memperoleh pemukiman yang
layak. Semakin banyak bayi yang lahir setiap tahunnya maka semakin
banyak pula diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai,
sehingga semakin sedikit masyarakat di suatu negara maka akan semakin
berkualitas pula pendidikan yang akan didapatkannya.
Jumlah
kelahiran di Indonesia dalam satu dekade terakhir ternyata tidak
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012, angka kelahiran total tetap menunjukkan angka
2,6 anak per wanita. Padahal pemerintah serta BKKBN mencanangkan
angka kelahiran hanya 2,1 anak per wanita.
Mengurangi
angka kelahiran tidak terlepas dari peran serta masyarakat. Pola
pikiran yang telah menjadi budaya di wilayah kita seperti “Banyak
anak banyak rejeki” seharusnya sudah mulai dihilangkan serta
diganti dengan semboyan baru yaitu “Sedikit anak, sedikit masalah”.
Pandangan masyarakat yang menyatakan bahwa memiliki banyak anak
berarti mendapatkan kepuasan tersendiri hendaknya direnungkan
kembali. Betapa tidak, memiliki banyak anak merupakan suatu hal yang
membutuhkan banyak hal ekstra dari orang tua, baik dari segi
perhatian maupun pendidikan. Hal ini menghasilkan suatu situasi
dimana banyak anak yang kurang perhatian dari orang tua. Sebagiannya
lagi, tidak dapat melanjutkan sekolah karena terbentur masalah biaya.
Padahal, dua hal tersebut merupakan kebutuhan dasar seorang anak
agar dia bisa menjadi manusia dewasa yang baik kelak. Tanpa adanya
perhatian yang cukup dari orang tua, seorang anak akan menjadi haus
kasih sayang dan bahkan bisa kehilangan jati diri sehingga mereka
sering melakukan banyak cara yang kebanyakan dalam bentuk kenakalan
untuk memperoleh perhatian tersebut.
Salah
satu cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah dengan
menerapkan ‘Program 4T / 4 Terlalu’ yaitu jangan melahirkan
terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, serta terlalu dekat.
Presepsi yang berkembang di masyarakat seperti menggunakan alat
kontrasepsi merupakan pembunuhan anak secara dini sebenarnya salah.
Hakikatnya penggunaan alat kontrasepsi KB bertujuan untuk
menyelamatkan kesehatan Ibu di Indonesia. Setiap tahun ada sekitar
500.000 perempuan Indonesia yang meninggal akibat berbagai masalah
yang melingkupi kehamilan, persalinan, keguguran, serta pengguguran
kandungan (aborsi). Faktanya, program KB dapat mencegah
masalah-masalah tersebut. Program KB dapat mengatur jarak kehamilan
agar kesehatan reproduksi Ibu tidak terganggu karena harus melahirkan
dalam jarak yang berdekatan.
Program
KB oleh BKKBN tidak hanya ditujukan pada pasangan suami istri yang
telah menikah, tetapi juga pada remaja usia sekolah dan mahasiswa.
Program ini dinamakan GenRe atau Generasi Berencana. GenRe merupakan
suatu gerakan untuk mensosialisasikan pentingnya penundaan usia
menikah, sehingga remaja usia sekolah dan mahasiswa lebih
mengutamakan sekolah dan berkarya. Selain itu dalam program GenRe
juga disampaikan mengenai anatomi organ reproduksi serta pentingnya
kesehatan organ reproduksi tersebut.
Alangkah
baiknya jika angka kelahiran yang ada di Indonesia bisa diredam
sehingga kesejahteraan rakyat Indonesia bisa menjadi lebih baik.
Tingkat laju pertambahan penduduk yang stabil akan sangat berpengaruh
terhadap proses menciptakan SDM yang memiliki pendidikan yang
berkualitas, kreatif dan kompetitif, yang nantinya mampu meningkatkan
kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar